Lestarikan Etnik Sumut dengan Desain Kaos
Tribun Medan - Selasa, 3 Januari 2012 17:22 WIB
Laporan wartawan Tribun Medan / Mauliana Noor
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - "Sambil menyelam minum air". Pepatah tersebut tepat diperuntukan untuk Andi Hutagalung dan Handayani Keliat yang memulai binis menjual kaos dengan bertemakan etnik di Sumatera Utara. Selain melestarikan budaya, Galung akrab-Andi Hutagalung disapa juga merengguk manisnya berbisnis berjualan kaos.
Dalam Diskusi Harian yang digelar Tribun di kantor Redaksi, Jl Gatot Subroto NO 449 D-G,Selasa (3/1/2012), Galung dan Handayani Keliat bercerita sepak terjangnya memulai bisnis kaos dengan mengangkat etnik Sumut.
Awalnya, kata Galung yang didampingi Handayani Keliat mitra dalam berbisnis kaos, ia pernah terjun dalam bisnis sablon. Kemudian, karena ada beberapa kerjaan, maka, Galung mencoba menyablon kaosnya sendiri.
"Jadi saya desain kaos sendiri, trus ada kawan yang tanya, kaosnya beli dimana. Ya memang nggak dijual dimana-mana karena ini desain sendiri," katanya.
Melihat peluang, desain kaosnya banyak yang tertarik,Galuh merasa bangga.Bukan karena nilai uangnya tetapi karyanya diterima.Galung pun memutuskan untuk membuka usaha bersama mitranya Handayani dengan modal Rp 3 juta dengan memproduksi 50 pieces pada Oktober tahun lalu.
Dalam menjalankan usahanya, lanjut Galung, dirinya 100 persen mengandalkan promosi melalui situs jejaring sosial facebook.Di facebook dengan akun kultur identitas, Galung menyajikan berbagai desain kaos dan harga untuk produksinya.
Selain mengadalkan situs jejaring sosial, produk yang dihasilkan Galung juga berbeda dengan kaos-kaos pada umunya karena, untuk desain Galung lebih mencodongkan etnik-etnik di Sumut. "Jadi ada delapan etnik yang akan kami tampilkan dalam desain kaos-kaos yang kami jual," imbuh dia.
Adapun etnik-etnik yang akan ditampilkan diantaranya Toba, Simalungun, Pakpak, Tapanuli Selatan (Tapsel), Nias, Melayu, dan Karo.
"Karena ini masih baru, jadi baru dua enik yang kami tampilkan,jadi pelan-pelan dulu," sebutnya.
Saat ini desain kaos buatan Galung bukan hanya merambah pasar Sumatera Utara seperti Medan, tetapi sudah menjalar Jambi, Pekanbaru, Jawa, Bandung hingga Kupang.
Setiap kaos yang dikeluarkan Galung hanya sebatas 10 pieces karena untuk membatasi pasaran. "Tapi ada satu desain kaos kami yang harus diproduksi sebanyak 20 pieces yaitu dengan tulisan "Horan Indonesiaku" karena banyak peminatnya jadi kami produksi lagi," katanya.
Untuk mencari ide untuk desain kaos, kata Galung dirinya kadang membutuhkan waktu lama untuk mencarinya. Kalau beruntung dalam sehari ia dapat menemukan satu desain kaos. Tapi jika kurang beruntung ia baru dapat menemukan ide selama seminggu satu desain.
"Seperti saat mengkuti touring saya dapat ide,biasanya saya dapat motif-motif etnik dari internet," imbuh dia seraya mengatakan, motif yang dituangkan dalam kaosnya merupakan ornamen etnik yang tidak banyak menggunakan kata-kata tetapi punya arti.
Untuk produksi kaos, Galung masih mengandalkan bahan kaos dari Bandung pertimbangannya karena kaos yang diambil dari Jakarta lebih mahal dan ukurannya tidak sesuai dengan keinginannya.
Untuk harga yang dijual untuk kaos buatan Galung ukuran S hingga XL dibandrol seharga Rp 55 ribu sementara untuk ukuran lebih besar akan dikenakan tambahan per pieces. (aya/tribun-medan.com)
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - "Sambil menyelam minum air". Pepatah tersebut tepat diperuntukan untuk Andi Hutagalung dan Handayani Keliat yang memulai binis menjual kaos dengan bertemakan etnik di Sumatera Utara. Selain melestarikan budaya, Galung akrab-Andi Hutagalung disapa juga merengguk manisnya berbisnis berjualan kaos.
Dalam Diskusi Harian yang digelar Tribun di kantor Redaksi, Jl Gatot Subroto NO 449 D-G,Selasa (3/1/2012), Galung dan Handayani Keliat bercerita sepak terjangnya memulai bisnis kaos dengan mengangkat etnik Sumut.
Awalnya, kata Galung yang didampingi Handayani Keliat mitra dalam berbisnis kaos, ia pernah terjun dalam bisnis sablon. Kemudian, karena ada beberapa kerjaan, maka, Galung mencoba menyablon kaosnya sendiri.
"Jadi saya desain kaos sendiri, trus ada kawan yang tanya, kaosnya beli dimana. Ya memang nggak dijual dimana-mana karena ini desain sendiri," katanya.
Melihat peluang, desain kaosnya banyak yang tertarik,Galuh merasa bangga.Bukan karena nilai uangnya tetapi karyanya diterima.Galung pun memutuskan untuk membuka usaha bersama mitranya Handayani dengan modal Rp 3 juta dengan memproduksi 50 pieces pada Oktober tahun lalu.
Dalam menjalankan usahanya, lanjut Galung, dirinya 100 persen mengandalkan promosi melalui situs jejaring sosial facebook.Di facebook dengan akun kultur identitas, Galung menyajikan berbagai desain kaos dan harga untuk produksinya.
Selain mengadalkan situs jejaring sosial, produk yang dihasilkan Galung juga berbeda dengan kaos-kaos pada umunya karena, untuk desain Galung lebih mencodongkan etnik-etnik di Sumut. "Jadi ada delapan etnik yang akan kami tampilkan dalam desain kaos-kaos yang kami jual," imbuh dia.
Adapun etnik-etnik yang akan ditampilkan diantaranya Toba, Simalungun, Pakpak, Tapanuli Selatan (Tapsel), Nias, Melayu, dan Karo.
"Karena ini masih baru, jadi baru dua enik yang kami tampilkan,jadi pelan-pelan dulu," sebutnya.
Saat ini desain kaos buatan Galung bukan hanya merambah pasar Sumatera Utara seperti Medan, tetapi sudah menjalar Jambi, Pekanbaru, Jawa, Bandung hingga Kupang.
Setiap kaos yang dikeluarkan Galung hanya sebatas 10 pieces karena untuk membatasi pasaran. "Tapi ada satu desain kaos kami yang harus diproduksi sebanyak 20 pieces yaitu dengan tulisan "Horan Indonesiaku" karena banyak peminatnya jadi kami produksi lagi," katanya.
Untuk mencari ide untuk desain kaos, kata Galung dirinya kadang membutuhkan waktu lama untuk mencarinya. Kalau beruntung dalam sehari ia dapat menemukan satu desain kaos. Tapi jika kurang beruntung ia baru dapat menemukan ide selama seminggu satu desain.
"Seperti saat mengkuti touring saya dapat ide,biasanya saya dapat motif-motif etnik dari internet," imbuh dia seraya mengatakan, motif yang dituangkan dalam kaosnya merupakan ornamen etnik yang tidak banyak menggunakan kata-kata tetapi punya arti.
Untuk produksi kaos, Galung masih mengandalkan bahan kaos dari Bandung pertimbangannya karena kaos yang diambil dari Jakarta lebih mahal dan ukurannya tidak sesuai dengan keinginannya.
Untuk harga yang dijual untuk kaos buatan Galung ukuran S hingga XL dibandrol seharga Rp 55 ribu sementara untuk ukuran lebih besar akan dikenakan tambahan per pieces. (aya/tribun-medan.com)
Penulis : Mauliana_Noor
Editor : Wiwi
Sumber : Tribun Medan